bicara cinta memang gak pernah ada habis habisnya.
meski jutaan tahun berlalu.
era berganti era.
dekade berganti dekade.
cinta selalu menjadi polemik.
cinta,
merupakan satu aspek dalam hidup
seperti layaknya kelahiran, kematian, tumbuh kembang, dan lain lain.
tapi cinta bisa menjadi pusat dan awal dari aspek hidup yang lain
seperti kelahiran buah hati, duka cita dari kematian pasangan hidup, pernikahan atas keinginan menyatukan cinta, perceraian karena konflik cinta, dan lain-lain.
setiap orang pasti punya definisi sendiri akan cinta.
definisi yang lahir karena pengalaman individual terhadap pahit manisnya cinta.
seperti lo punya definisi lo sendiri, yang belum tentu gue setujui.
begitu juga dengan gue dengan definisi gue sendiri, yang belum tentu lo pahami.
cinta dalam hidup gue datang silih berganti.
dengan berbagai macam latar belakang dan rupa.
tentu aja benar,
gue pernah menangis karenanya,
pernah tertawa karena bahagianya,
tapi juga pernah gak ngerasa apa-apa.
seperti yang gue bilang tadi
setiap orang punya padangan dan sikap masing-masing tentang cinta.
ada temen gue yang tahan bertahun-tahun menunggu cinta seseorang
tanpa ada kepastian apa-apa.
gue menyebut tipe seperti dia; tipe orang yang setia pada cintanya,
ada tipe pemilih sekali,
setelah sejejer kriteria terpenuhi (ex: punya kerjaan bagus, mobil layak, rumah siap tinggal, wajah menarik, pendidikan s1 keatas, keluarga baik-baik, bahkan kadang masih juga harus dari suku tertentu... oh come on!),
baru ada cinta bersemi.
kalo yang barusan itu, tipe setia pada kriteria-kriteria.
dan gue tidak berada diantara kedua-duanya.
cinta yang dulu gue alami begitu spontan.
tidak memandang pada siapa dan kenapa.
begitu random, bahasa kerennya.
gue bisa jatuh cinta pada orang yang baru gue temui satu jam,
tapi juga bisa jatuh cinta pada seseorang yang sudah bertahun-tahun menjadi teman,
atau hanya pada seseorang yang gue liat bayangannya sekelebatan,
yang gue temui diperjalanan gue ke kampus setiap paginya.
tapi yang menjadi pertanyaan tak terjawab
(the unanswered question of all)
kini...
adalah mengapa begitu mudah juga cinta menguap!
selalu begitu,
sebesar dan sedalam apa pun cinta yang gue rasakan...
selalu menguap... tak berbekas...
ada beberapa teman bilang,
"enak dong begitu..."
well, it's true...
most of the time,
emang gue bersyukur karena gak mesti terjebak dalam perasaan terpenjara karena cinta
tapi... what it end me up with...
alone... with 'single' status on the hand.
dimana yang lain di usia gue harusnya berstatus lain... ('married' or at least 'in relationship'),
so... something got to be changed...
padangan gue tentang cinta harus dirubah...
dengan kedewasaan gue (hmmm... kalo ada... :P)
seharusnya gue lebih bisa menganalisa perasaan gue sendiri
karena seharusnya cinta gak selamanya soal perasaan
gak selalu kalau hati lo berdebar dan gak tentu
selalu berarti cinta.
karena sekarang yang terpenting dari cinta adalah
about companionship.
tentang seseorang yang bisa jadi tempat berbagi dan penenang galau,
seseorang yang selalu ada untuk mendengar tapi sekaligus juga mau membagi masalahnya,
seseorang yang bisa dipercaya dan percaya,
seseorang yang memberi semangat sekalipun dia juga lelah,
bukan seorang yang mudah menyerah sekalipun keadaan tidak mudah,
seseorang yang bisa diajak berdebat tentang sesuatu dan kemudian mau mengambil jalan tengah,
seseorang yang membiarkan gue menjadi gue,
wihhhh....
apa ini bukan kriteria ya... sepertinya iya...
tapi mungkin memang cinta perlu kriteria supaya tidak mudah menguap...
intinya...
cinta sekarang ini bukan about perasaan maya lagi,
tapi tentang sesuatu yang lebih nyata.
yang bisa dilihat, bisa dirasa, dan harus bisa dijabarkan dengan logika.
sounds hard and cliche ya...
tapi kegagalan gue membuat gue harus berubah.
hopefully this will be my latest version of love.
Amin.