October 17, 2008
kemarin malam,
ketika kami hanya berdua,
sambil menunggu bapak pulang dari kantor
aku dan Al-ku
kami biasa bercanda-canda, berbincang-bincang, bermain-main.
entah mengapa ketika aku memandang wajahnya yang bulat,
untuk kesekian kalinya aku begitu terenyuh akan anugrah Allah ini.
telah Allah titipkan seorang bidadari untuk aku cintai.
dan malam itu,
sambil membelai wajahnya yang putih mulus,
aku berkata pada bidadari kecil itu.
“Kakak, mama punya puisi untuk kakak.
Kakak dengar baik-baik ya.”
Lalu dia bertanya sebelum aku sempat berkata apa-apa,
“Puisi itu apa Ma?”
Otakku berputar,
“Hmmm makanya dengerin, puisi itu kira-kira kaya begini.”
Lalu sebelum dia sempat melontarkan ribuan tanya lagi,
aku mulai merangkai kata-kata yang aku anggap sebagai satu contoh
puisi sederhana untuk putri kecilku.
Sambil menatap dalam ke matanya, aku memulai.
“Kakak…
adalah matahari mama,
bulan mama,
bintang mama,
awan mama,
gunung mama,
pemandangan alam mama…
tanpa Kakak,
hidup mama, sepiii…
seperti tinggal di hutan yang gelap, seram dan sunyi.
dengan Kakak,
mama seperti berada di sebuah pasar malam,
ramai, ceria, penuh warna dan cahaya lampu kelap-kelip.
Kakak adalah segalanya untuk mama…”
hanya sebuah puisi sederhana yang kurangkai menggunakan
bahasa yang kuharap mudah dicernanya.
tujuannya cuma agar dia tahu seperti apa puisi itu.
tapi dia terdiam lama…
“Kok kakak diem aja? Kenapa? Bingung ya?”, tanyaku.
“Gak… Alifah kok kaya pengen nangis……” ucapnya sendu.
Dan aku begitu terkejut, “Kakak terharu?”, aku coba memastikan.
Ia hanya menjawab dengan angukan.
Dan aku tergugu, putriku yang baru 5 tahun terharu mendengar sebuah
puisi sederhana tentang cintaku padanya.
aku memeluknya erat dan hanya bisa berucap,
“Mama sayang banget sama Kakak”.
aku melihat dia menggosok matanya.
langsung aku tarik dua tangannya sambil berkata,
“Kita main domikado yukkk…”
“yukkkk….”, sambutnya bersemangat.
aku gak ingin liat ada tangis lagi di matanya.
cukup sudah penggalan hidup kami yang penuh tangis,
saatnya kini untuk tertawa bahagia.
lalu kami terus bermain dan tertawa sampai akhirnya bapak pulang dan
melengkapi kebahagiaan kami…
…teruntuk bidadariku
No comments:
Post a Comment