Wednesday, February 27, 2008

bosan gak di rumah?

people have been asking me that question...
'bosan gak di rumah?'
mungkin gak cuma gue yang ditanyain pertanyaan itu terus.
mungkin itu pertanyaan standar yang akan ditanyain ke semua orang yang baru aja ngambil keputusan untuk berhenti kerja dan stay at home (gak kerja).

dan jawaban gue singkat aja.
'gak'.
dan beneran gak bosen.
dari dulu juga gue seneng berada di rumah.
banyak hal bisa gue lakukan di rumah.
maen sama Al.
baca buku. beres-beres.
nonton tv dan dvd.
bobo siang.
bikin tulisan di mac gue tercinta.
menjahit.
masak. bikin kue.
bikin puding.
dan baru aja gue belajar merajut.
ternyata nyenengin banget.
tuh dengan segudang kegiatan itu (dan banyak lainnya yang belom kesebut).
how can i be bored.
blom lagi gue emang seneng banget sama rumah gue.
gue ngerasa nyaman banget sama setiap sudut rumah abu-putih-merah itu.
apalagi sama kamar gue dan bapak yang jendelanya gede-gede itu.
rasanya seperti ada dalam dekapan hangat kekasih berada di dalam kamar itu.
halah!
mungkin sebenernya rumahnya sih biasa aja.
tapi rasa memiliki gue yang besar itu membuat gue seneng banget berada di dalamnya.
gimana gak gue merasa belong to that house.
gue melalui proses dari nihil menjadi ada pada rumah itu.
dari sebidang tanah yang sebelumnya dipakai jadi lapangan bulu tangkis warga.
dikarenakan pemilik tanahnya BU, maka gue coba tawar tuh tanah.
nego. terus deal sampe ngurus sana sini.
gue ke badan pertanahan untuk nanyain keabsahan surat2nya.
ke rt rw dll. ke kantor pajak bayar pajaknya.
terus gambar sendiri denah dan bentuk mukanya pake corel
gue hitung besar pintu dan jendelanya.
gue liat gimana pondasinya di tanam.
liat gimana temboknya sedikit demi sedikit membumbung hingga ke atap.
gue pilih dan beli sendiri granit lantainya.
mozaik kamar mandinya. sampe bikin pola mozaik sendiri untuk dinding kamar mandinya.
beli handle dan kunci pintunya. rel pintu kaca lipat belakang.
lampu-lampunya.
pokoknya hampir semua perintilannya gue hunting sendiri.
sampe setiap sudutnya mau di taro apa.
semua terpeta di otak gue.
sekarang banyak yang tanya...
'bosan gak di rumah?'
jawabannya:
'ya gak lah...'

gue menikmati banget berada di rumah.
dekat dengan Al.
Al juga gitu.
kayanya seneng banget ada gue di rumah.
jadi gak akan ada kata 'bosan' untuk terus berada di rumah itu.
maksudnya gak akan gue kerja lagi dengan alasan 'bosan' di rumah.
kalaupun suatu saat terpaksa bekerja kantoran yang tiap hari kerja meninggalkan rumah, itu pastinya karena keadaan keuangan yang memaksa harus pergi.
dan bukan karena 'bosan'.
dijamin!

Tuesday, February 19, 2008

rindu peri kecilku


peri kecilku

apa kabarmu disana?
mama yakin kau pasti baik-baik saja
karena kau berada di tempat terbaik sekarang
kali ini, mama cuma ingin bilang
kalau mama sangat merindukanmu
mama rindu saat-saat kau berada di dalam sini
mama rindu saat-saat memelukmu hangat di dalam rahim mama
mama rindu saat kita bermalas-malasan di pagi hari
mama rindu saat mama dan bapak membisikan kata-kata sayang padamu
mama rindu kekuatiran-kekuatiran saat kau diperiksa oleh bu dokter
mama rindu kamu peri kecilku

tapi jangan salah artikan kerinduan ini sebagai ketidak ikhlasan sayang...
karena mama ikhlas...
mama cuma ingin kau tahu bahwa mama selamanya akan mengingatmu
mengenangmu
mengenang kebersamaan kita yang singkat

buat mama kau selalu ada
disini didalam hati mama

peri kecilku,
beristirahatlah yang tenang di tempat terbaikmu
sang Maha Pengasihlah yang kini menjagamu
dan tiada yang lebih baik dari kasih sayangNya
jiwamu akan selalu hidup bersama kami
mama, bapak, kakak Al dan adik-adikmu kelak

sampai bertemu sayang, bila kelak waktunya tiba...

untuk peri kecilku di surga...

Kepada sahabat gue yang kehilangan kepercayaan pada cinta

Sebuah catatan:


Kepada sahabat gue yang kehilangan kepercayaan pada cinta


My dear best friend,
Malem ini sambil nemenin suami gue kerja di sebelah gue,
Gue keinget elo.
What are you doing tonight my girl friend?
Are you still awake at this middle of the night?
I’m sure you still remember that we used to be awake until the morning came.
And that was which brought us together as friends.
We used to be touring together through the Sydney nightlife from one club to another.
Or just hanging out at our flats from one cigarette to another (yes dear, at that time I was a smoker).


Kita ketemu gak sengaja. Gue masih di kelas Inggris di Insearch and so did you. Lo classmatenya Mel, which then becoming my sharemate. Mel juga yang ngenalin lo ke gue di lift pas ketemu by accident. Kesan gue sama lo saat itu, “Gila jutek abis niy cewe!”.


Gue sendiri gak tau apa kesan lo ke gue. Mungkin bisa jadi “aneh banget niy cewe”. Dan gue gak bakal salahin lo seandainya saat itu kalimat itu yang ada di otak lo. Gue masih inget kok gimana my sense of style at that time. Very wild, very unpredictable, very fluctuative. I can be a rocker look alike tomboy at one time and transform to a romantic goddess at the evening with a bit harajuku craziness here and there (I miss that era when you think you could wear anything and I mean ‘anything’! without even feeling a slight of guilt).


That fashion misbehave-lah yang menurut gue akhirnya malah membuat kita satu sama lain merasa punya persamaan di awalnya. Kalo gue sangat tergila-gila dengan stylenya orang-orang Jepang yang gue temuin di jalan, sementara lo tergila-gila sama gaya hippies aussies dengan pakaian hitam dan rambut ungu tua mereka. Tapi setelah spent so many nights talking, dancing, smoking, drinking and shopping together, ternyata kita nemuin much more in common between us. We are two spontaneous-art lover-flea market shopaholics-Bjork freaks who enjoyed life as it is.


Spending time with you was just like riding a roller coaster, my dear. Gimana gak, sama lo, kita ke Contemporary Art Museum bareng untuk ngeliat idola kita Bung Keith Harring yang karya-karyanya menurut kita daring tapi keren abisss. Gak tau udah berapa café dan resto udah kita jelajahi. Prinsip kita ‘dare to try new places’. Walo kadang suka salah tempat. Inget kan bu, kita pernah nyasar ke club gay. Dimana lo akhirnya malah di godain cewe. Hehehe… Trus lo inget juga kan pas kita nyobain Greek Restaurant yang di Pitt Street, yang ternyata isinya lamb in everything they cooked. Gue jadi terpaksa nyobain makanan yang bentuknya persis seperti Lasagna but with lamb chop in it. My God…


Terus belom lagi tergila-gilanya kita sama flea market, sampe-sampe setiap kita liat ada flea market di mana aja, kita maen turun aja dari bis padahal tujuannya mau kemana… Terus kalo udah mau nginep, asal aja gitu. Gak pake rencana dan persiapan. Dan bisa crashing dimana aja, di flat lo, studio room gue dan Mel, flatnya Taro sama Andri, di Desi and Debbie, di tempat Elf, cuma yang belom di kolong jembatan aja (Thank God!). Belom lagi yang kita nonton balet di Opera House, dengan dandanan formil abis (padahal naik bis). Tapi gara-gara jeng Vita dandanannya lama kita jadi terlambat dan terpaksa masuk setelah break. Gue inget banget muka lo bete abis.

Terus lo inget gak pas kita nonton film indie (di bioskop yang nyetel film indie di George Street). Gue masih inget judulnya, Chasing Amy. Yang maen Ben Affleck sebelum dia jadi ngetop kaya sekarang. Dan saat itu (tahun 1997), sutrada tuh film (yang gue gak inget sama sekali siapa namanya) udah bikin film dengan teknik handheld, teknik yang sekarang di pake melulu sama Rudi Sudjarwo. Bisa jadi Bung Rudi nonton juga tuh film ya.


Dan inget juga gak lo, pas kita nonton Evita. Dari yang bertujuh ato bersembilan gitu. Cuma tinggal kita doang yang gak cabut ditengah film, karena kita penasaran gimana akhir ceritanya (secara kita ngefans banget juga sama Madonna). Terus inget gak kita nonton konser Cardigan rame-rame. Seru ya bu…


Gue juga masih inget kebiasaan lo ngebakar incense yang pada akhirnya malah gue ikutin. Gue juga masih inget banyak detail kecil yang kita lakuin bareng-bareng because they’re too precious and have to be preserved for good.


Lo tau gak waktu lo pindah dan cabut dari Sydney. Gue keilangan banget. Sekalipun malem farewell lo kita habisin dengan jalan ke 3 club secara marathon, gak ngilangin rasa sedih gue sedikit pun. Gimana gak! terlalu banyak yang udah kita lewatin. Bahkan lo juga yang nyaksiin gue tipsy as first timer di café Kink (another gay’s café, hehehe…). Lo juga yang told me to stop smoking even you still are until this right moment.


Sydney never felt the same after you left my dear. Even Mel was a great sharemate, but she never could be as crazy as you were. Gimana gak, lo dan gue bisa mutusin untuk cabut jalan pas jam 1 malem even kita udah slipped into our pajamas, sementara Mel gak bisa. Hehehe… “Gue belom siapin mau pake baju apa”, gitu alasan ibu satu itu. Sementara kita, langsung ganti baju apa aja terus cabut di dinginnya malam. Nuts…


Tapi rupanya, kepindahan lo ke Singapur. Gak mutusin temenan kita. Setelah years went by. Setelah gue balik for good to this most polluted city. Elo juga. We keep on hanging out as friends. Gue dan elo. Kita semua sih… Melalui banyak fase pendewasaan setelahnya. Lo dengan karir lo dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Gue dengan kuliah DKV gue di Paramadina. Mel’s getting married. Elf also building her career (but unlike you, she stayed at one company), and Vita stayed in Sydney finishing her study.


Begitu juga dengan love life kita juga melewati banyak fase. Lo sempet stuck with that 10 years of unblessed relationship of yours and me with a man which then become the father of my daughter. But then your relationship ended and also my marriage. Than we comfort each other by hanging out together again. And again you witness me got drunk by a drink you recommended (I guess it was really a dejavu for you, cos that was exactly what happened at Kink).


Until one day I introduced you to a friend that I thought was a great man. Tapi bener lho this jerk (lets call him that) used to be a very good friend of mine. Tempat gue curhat. Dan dia udah lama banget minta dikenalin sama lo karena lo punya keyakinan yang sama dengan dia. Dan setelah dia denger gue promosiin lo, dia langsung tertarik untuk kenalan sama lo. Butuh waktu setahun sampai akhirnya kesampean juga mempertemukan kalian berdua. Dan gue rasa it was love at first sight. Karena setelah itu, that jerk’s been asking you a lot. After that you two had been going out. Gue udah yakin kalo gue lo berdua bakal berjodoh sampai memutuskan untuk menikah.


Gue yang moto pre-wed lo berdua. Gue juga yang nge-desain undangan lo, menurut request lo. Kita kerjain tuh undangan sampe jam 5 pagi di ruang kerja gue (yang sekarang udah jadi kamar tidur mertua gue). Sampe H minus sebulan. Hari itu gak bakal bisa ilang dari ingetan gue, hari minggu, lo telpon gue pagi-pagi. Lo bilang lo gak bisa hubungin that jerk. Gue bantuin lo telpon-telponin dia. Sampai akhirnya telpon gue tersambung dan dia sampein berita yang membuat hari gue seketika mendung. Gue menangis sejadi-jadinya. Sehari itu mood gue langsung jelek. Gue lemes. Itu gue, gimana elo. Hati lo pasti hancur banget ya…


Saat itu gue masih berharap semua itu cuma mimpi dan salah paham semata. Tapi ternyata yang udah terjadi gak bisa di koreksi dan di undo lagi. The wedding was off – canceled and not even delayed. Gue yakin ini bukan hanya menyakiti lo, tapi seluruh keluarga lo. Nyokap lo. Dan gue mohon ampun sama lo. Karena gue yang ngenalin lo ke bajingan itu. Lo bilang it was not my fault. Tapi kenapa sampai detik ini rasa bersalahnya gak pernah bener-bener ilang bu… Setiap gue mengingat kejadian itu gue pengen nangis.


Dan saat lo kemaren ke rumah gue (after a while) sebelum kita jalan ke konser nona Godsmundottir, lo bilang, setiap sudut rumah ini membawa kenangan buruk buat gue (gue foto pre-wed lo di sini, di sofa hitam putih ini dengan latar belakang dinding merah ini). Gue bisa liat ada luka di sudut mata lo. Dan percaya bu, luka gue tiba-tiba ikutan nyeri lagi. Rasanya saat itu juga gue pengen minta ampun lagi sama lo. Semua ini gara-gara ke alpaan gue ngeliat what’s underneath kepriadian bajingan itu.


Bu… Gue liat setelah kejadian itu lo seperti keilangan kepercayaan pada cinta. Lo pesimis banget memandang cinta. Lo jadi skeptis terhadap cinta. Dan semua itu membuat gue miris. Gue pengen bilang sama elo sebenernya kita harus tetap percaya bahwa cinta itu ada, hanya menunggu waktu yang tepat. Tapi siapa gue… Gue orang yang ngenalin lo sama penjahat itu!!!


Gue gak bisa berkata-kata bu… Tapi gue cuma pengen lo liat gue. Saat cinta dan kehilangan cinta udah memporak porandakan hidup gue, gue masih percaya cinta sejati itu ada hanya sedang menunggu untuk ditemukan. Dan ternyata bener kan bu, Gue menemukannya sekalipun dengan status dan keadaan gue saat itu ( a divorcee and a child’s bearer). Dan cinta itu yang sekarang menghangatkan hati gue dan menyelimutinya dengan cahaya matahari.


Gue yakin bu, suatu saat akan datang cinta itu. Sekalipun lo gak butuh karena you’re one hell of independence woman I’d known. Tapi dengan cinta, hidup lo akan jadi lebih lengkap.


But girl… Gue juga yakin dengan kesendirian lo sekarang, lo gak pernah kesepian. Lo dikelilingi dengan orang-orang yang menyayangi lo. Keluarga dan sahabat-sahabat yang tulus mengasihi lo. So You must be one happy single bachelorette ever. Kesimpulannya hidup lo udah lengkap.


So sabahat gue yang kehilangan kepercayaan pada cinta, here I am, still you’re friend. Janji ya kita bakal tetap melalui banyak hal (yang lebih dewasa) sama-sama. Lo masih bisa dateng ke gue untuk cerita (lo bahkan masih bisa crashing di rumah gue lagi). Sekali lagi gue minta maaf karena ke alpaan gue. Gue juga minta maaf karena terlalu banyak menghilang. But now I’m back with your best girl buddy tag pinned on my chest.


I always love you my dear friend.

lewat hujan kutitip cintaku

hujan
rinaimu kembali berjatuhan
diawali dengan rintik kecil kemudian menjadi besar dan berangin

hujan
warnamu membuat langit kelabu
menjadikan pagi bagai petang

hujan
didalam lajuku
aku pandangi kaca kendaraan ini yang menjadi berulir-ulir karena jatuhmu
pikirku melayang padanya mengacuhkan sebuah titik lampu berwarna merah didepan sana
dia yang saat ini sedang melaju perlahan menembus rinaimu dengan new px silvernya
berjuang menembus pandang melalui kaca helmnya yang berembun
sambil bergidik karena dinginmu berdesir melalui celah di lehernya yang tak berpelindung

hujan
kau boleh basahi tubuhnya
kau boleh bekukan jari-jarinya
kau bahkan boleh rembesi jas hujannya
tapi tolong jangan patahkan semangatnya
dia kekasih hatiku
yang sedang berjuang menuju tempatnya bekerja
menuangkan segala daya pikirnya
mencari nafkah untuk kami
demi menghadirkan makanan hangat di meja makan
demi lembaran rupiah untuk membayar tagihan-tagihan di awal bulan
demi menambah saldo di tabungan masa depan kami
demi menghadirkan senyum dan tawa di wajah kami semua

hujan
tahukah kau atau dia
betapa kekuatiranku memuncak ketika mendung pagi mulai memerangkap
dan semakin memuncak ketika bulir hujan mulai berjatuhan
tahukan kau atau dia
betapa aku ingin menjadi payungnya atau selimut tebalnya yang sedianya melindungi dia dari basah dan dinginmu
tapi apa dayaku
dia tak akan membiarkannya

jiwanya yang besar
semangatnya yang membuncah
kesadarannya akan tanggung jawabnya
yang akan selalu membangunkannya dari tidur lelapnya di pagi hari
sekalipun langit kelabu tua
mengantar pikirnya kepada tumpukan-tumpukan kertas dan laptop toshiba putihnya
menyelesaikan hitungan yang jumlahnya trilyunan
melakukan rutinitas yang sama dari hari ke hari
lalu kemudian membawa jiwanya pulang ke rumah kami
ketika semua pertanyaan sudah dijawab
ketika semua masalah sudah ditemukan solusinya
walau harus kembali berteman hujan
ketika hari sampai pada titik akhirnya
ketika ia sampai kembali di pelataran parkir rumah kami
ketika pintu hitam itu dibuka dan kulihat wajahnya di temaram malam
aku bisa melihat lekuk senyum di bibirnya yang tertutup pelindung
dia telah pulang
walau dingin hujan di malam larut menggigit tulangnya

hujan
kau mengantarkan dia pergi dan pulang
kau menemani dia sepanjang perjalanan yang ditempuhnya dari Jakarta Bekasi Jakarta
Kumohon sekali lagi
jangan patahkan semangatnya
sebaliknya
jadilah sahabatnya yang mengusir sepinya
jadikanlah rintikmu menjadi musik di telinganya
jadikan warna bening airmu pemandangan indah di matanya
jadikan desir anginmu dengungkan bisik di telinganya
bahwa kami menunggunya dengan kasih kami

hujan
aku cemburu padamu yang selalu punya kesempatan menemaninya
oleh karena itu hujan
kutitipkan cintaku padanya
katakan padanya bahwa kami berterima kasih pada semua yang ia lakukan untuk kami
bahwa kami menghargai semua usahanya
bahwa cintaku takkan pernah pupus
dan akan selalu menyertainya
bersama dengan hadirmu
hujan

atau bahkan ketika kau tiada sekalipun
akan kutitip cinta ini lewat
sinar mentari...

note:
untuk kekasih hati di mejanya...
terima kasih untuk semuanya